Setiap saat kita sangat berpotensi
mengalami risiko antara lain: dapat terjadi sakit berat, menjadi tua dan
pensiun, tidak ada pendapatan-masa hidup bisa panjang. Sementara dukungan
anak/keluarga lain tidak selalu ada dan tidak selalu cukup.
Pada umumnya masyarakat indonesia masih
berpikir praktis dan jangka pendek sehingga belum ada budaya menabung untuk
dapat menanggulangi apabila ada musibah sakit.
Masyarakat
kita umumnya belum “insurance minded” terutama
dalam asuransi kesehatan. Hal ini mungkin premi asuransi yang ada (komersial)
mahal atau memang belum paham manfaat asuransi.
Dengan demikian untuk menjamin agar semua
risiko tersebut dapat teratasi tanpa adanya hambatan financial maka Jaminan
Kesehatan Nasional yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat nasional, wajib, nirlaba, gotong royong,
ekuitas, dll merupakan jalan keluar untuk
mengatasi risiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita.
Jika ada sanak-famili, tetangga,
lingkungan anda yang terkena serangan jantung/perlu masuk ICU/Rumah Sakit:
- Berapa Rupiah harus ia siapkan?
- Apakah ia punya dana tunai?
- Apakah keluarga lain siap membantu?
- Apakah majikan menanggung semua?
- Apa yang harus kita perbuat?
Jika biaya perawatan mencapai Rp 50 juta,
berapa banyak dari saudara, jika tidak dijamin Askes, yang sanggup bayar ketika
hal itu terjadi? Bila kita semua sudah menjadi peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) maka beberapa pertanyaan yang sering timbul akan dapat terjawab
sehingga hambatan financial untuk pembiayaan kesehatannya sudah teratasi.
Bila seseorang cukup kaya sehingga ia
mampu membayar biaya operasi sebesar Rp. 50 juta dengan fee for services. Namun dengan membayar sebesar itu apakah sudah bisa menjawab beberapa
pertanyaan, apakah tindakan operasi tersebut memang diperlukan? apakah biaya
sebesar itu sudah wajar? Apakah dokter sudah menjelaskan sebelumnya ada alternatif
lain selain operasi? Bagi si pasien sendiri, apakah dia membayar dengan senang
hati? Sementara kualitas pelayanan di rumah sakit itu sendiri masih perlu
dipertanyakan. Tetapi karena risiko sakit sulit diprediksi (unpredictable), sementara pasien berada pada posisi lemah, informasi dari pemberi
pelayanan juga tidak seimbang, harga tidak bisa ditawar sehingga mau tidak mau,suka
atau tidak suka si pasien harus menerima demi kesembuhannya. Berbeda halnya
ketika mobil kita rusak dan perlu biaya perbaikan sebesar Rp. 10 juta. Ketika
kita tidak sanggup, kita dapat mencari alternatif lain dan menawar biaya yang
lebih murah. Bila kita tidak mampu maka perbaikan mobil bisa kita tunda.